Kau bagai induk ayam
yang berwajah muram
ketika mengetahui anak-anakmu
diganggu oleh sekawanan yang bukan kelompokmu.
Dan aku ibarat anak ayam,
semakin hari semakin suram.
Kala tak mampu membendung egomu,
bagai belati mengoyak kebebasan semu.
Pacar posesif paling sadis,
di antara hubungan yang semakin miris,
ketika kutemui kau menangis,
di antara alam dan hutan yang semakin terkikis.
Pacar posesif paling sadis,
kelak waktu kita akan habis,
takkan kuhentikan desahan-desahan tangis,
yang merambat di wajahmu yang manis.
(2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar