Pada suatu subuh aku mengenang kepergianmu.
Airmataku menjelma embun pagi yang menetes di antara dahan dan dedaunan,
lalu menguap seketika matahari menjelang dan membentuk lukisan
di antara perpaduan awan.
Pada akhirnya, airmataku menjelma hujan
yang menghasilkan genangan
di dalam kelopak mata kamu.
Genangan-genangan kenangan.
Ingin sekali aku mengumpulkan genangan kenangan itu.
Namun sayang, kini kelopak matamu
tak akan pernah bisa terbuka lagi.
(2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar