"Yang fana adalah waktu.
Kita abadi," kata Sapardi.
Merangkai sepi demi sepi,
menjadi sekuntum bunga mawar merah
yang mekar merekah,
padahal tangkainya berdarah.
Sampai pada suatu waktu,
semua jadi tak menentu.
"Yang fana adalah kamu.
Kita adalah rindu,
yang perlahan-lahan pergi,
lalu mati,"
bisik Cahyadi.
(Dicky Cahyadi - Jogja, 21 Juni 2015)
terinspirasi puisi 'Yang Fana Adalah Waktu' karya Prof. Sapardi Djoko Damono.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar