Duduk manis,
silahkan bercerita.
Duhai nona manis,
yang digenggam derita.
Aku tahu ini miris,
tapi tak apa.
Daripada engkau selalu menahan tangis,
sementara mereka tertawa ria.
(Sore itu gerimis, kendaraan macet tertata,
suara klakson berdendang tragis, membahana di ibukota)
Duduk manis,
silahkan bercerita.
Dunia memang sadis,
tanpa mengenal kita.
Seperti hati kaum proletar yang miris,
berjuang di ibukota.
Kau tahu, nona manis?
Ini Jakarta.
(Sebatang rokokku sudah habis,
matanya masih berkaca-kaca)
Tak ada tempat untuk menangis,
tiap jiwa menggenggam cita.
Tak ada ruang bagi pengemis,
yang selalu meminta cinta.
Kau tahu, nona manis?
Ini Jakarta.
Sebagian kaum berlaku pragmatis,
Hidup demi harta dan tahta.
Duhai nona manis,
lepaskan gundah gulana.
Berhenti menangis,
mari bercinta.
dicky cahyadi - desember 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar