Senin, 27 Oktober 2014

Senja Sudah Redup

Tempatkan tepat di hatimu
bingkis rasa resah pilu
Tepatkan tempat di ruang itu
tuk sesaat menyulam rindu

Walau tak sempat kita saling bertutur
dalam jerat yang remang-remang hancur

Namun tak terlambat tuk sela peluh berbilur
di setiap untai airmata tercucur

Tidakkah kau tahu?

Sebegitu hebat kita lebur
Dalam bait sajak yang tersadur
Tempat segala keping terhambur
Tempat kita menikmati gugur

Oh, iya
Senja sudah redup

Kala hatimu tertutup
Dan mataku meletup

Jangan lagi kau sebar rindu
Kepada setiap sejarah yang sendu

Hah? Sendu?
Iya, juga syahdu.



-Dicky Cahyadi-

Bahkan

Bahkan,
Alkohol yang ku minum dari sebotol berukuran sedang yang berisi ciu murni tanpa campuran apapun itu belum sempat tersebar rata di sel-sel dan jaringan pembuluh darahku.

Bahkan,
Rokok yang kulinting sembari menyela airmata yang tertetes di bawah sinar rembulan dan memantul ke genangannya tepat di depanku belum sempat aku nyalakan.

Bahkan,
Cerita tentang sepasang penari di punggung semesta yang menari dengan uletnya memadukan keseimbangan antara logika dan perasaan belum kita lakonkan.

Bahkan,
Ketika semuanya belum sempat untuk terjadi,
-
kau telah pergi.



-dicky cahyadi-